
Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem
Provinsi Bali
Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem
Ogoh-ogoh
Sinduwati - Dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi 1947 Saka, 3 (tiga) Br Dinas di Desa Sinduwati, yaitu Br Dinas Kikian, Br Dinas Sindu Bali dan Br Dinas Punia mewakili Desa Sinduwati dalam acara Festical Ogoh-Ogoh 2025 yang diselenggarakan oleh Desa Pakraman Tabola bertempat di Lapangan Umum Mamed Sidemen pada hari Jum'at, 28 Maret 2025. Hari Nyepi ini menandai Tahun Baru Saka 1947 dalam kalender agama Hindu dan dirayakan dengan “menyepi” oleh umat Hindu. Nyepi adalah hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup.
Nyepi, juga kerap disebut sebagai Hari Raya Keheningan, merupakan salah satu perayaan penting bagi umat Hindu di Bali dalam memperingati pergantian Tahun Baru Saka, sebuah sistem penanggalan Saliwahana dari India. Selama hari raya ini, umat Hindu bermeditasi selama 24 jam dan meninggalkan segala aktivitas, termasuk menyalakan lampu. Tahun Baru Hindu, berdasarkan penanggalan Saka, dimulai pada tahun 78 Masehi. Agama Hindu yang kala itu berasal dari India dimulai pada saat negara tersebut mengalami krisis dan konflik sosial yang berkepanjangan, dimana setelah melalui perselisihan yang panjang, Raja Kaniskha I dinobatkan pada tanggal 1 (satu hari setelah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 Saka , pada bulan Maret 78 M.
Sehari sebelum perayaan Hari raya Nyepi dilaksanakan Upacara Bhuta Yajna atau lebih dikenal dengan Pengerupukan dilakukan sehari sebelum Nyepi yang ditandai dnegan parade Ogoh Ogoh guna menetralisir kekuatan negatif dan menciptakan keseimbangan dengan Tuhan, Umat Manusia, dan Alam. Ritual ini juga dimaksudkan untuk menenangkan Batara Kala (Dewa Dunia Bawah dan Kehancuran) dengan menghaturkan Pecaruan. Saat matahari terbenam, antara jam 5-6 sore, upacara Pengrupukan berlangsung di jalanan utama setiap kelurahan di bali. Secara mendadak jalanan Bali akan dipenuhi para pejalan kaki, para warga Bali pria dari anak-anak hingga dewasa bekerja sama mengarak patung-patung Ogoh-ogoh kreasi mereka, dengan penuh semangat sembari diiringi alunan alat musik tradisional, gamelan, dan kulkul (semacam kentongan bambu tradisional).
Ogoh- ogoh melambangkan elemen buruk yang harus dihancurkan dan membawa kembali unsur yang baik untuk lingkungan. Selain di jalan, perayaan juga diadakan di setiap rumah Hindus di Bali. Perayaan termasuk membuat api di depan setiap rumah dan membuat suara-suara di dalam rumah, yang diyakini akan mengirimkan semua elemen jahat di rumah.
Pada malam pengerupukan ini, di bali biasanya tiap desa dimeriahkan dengan adanya ogoh-ogoh yang diarak keliling desa disertai dengan berbagai suara mulai dari kulkul, petasan dan juga “keplug-keplugan” yaitu sebuah bom khas bali yang mengeluarkan suara keras dan menggelagar seperti suara bom, yang dihasilkan dari proses gas dari karbit dan air yang dibakar mengeluarkan suara ledakan yang mengelegar. Ogoh-ogoh umumnya dengan rupa seram, mata melotot, susu menggelantung yang melambangkan buta kala dalam berbagai rupa, juga menunjukkan kreativitas dari orang Bali yang luar biasa yang terkenal akan seni dan budayanya.
Ogoh-ogoh sudah dikenal sejak jaman Dalem Balingkang dimana pada saat itu ogoh-ogoh dipakai pada saat upacara Pitra Yadnya. Pendapat lain menyebutkan ogoh-ogoh tersebut terinspirasi dari tradisi Ngusaba Ndong-Nding di desa Selat Karangasem. Perkiraan lain juga muncul dan menyebutkan barong landung yang merupakan perwujudan dari Raden Datonta dan Sri Dewi Baduga (pasangan suami istri yang berwajah buruk dan menyeramkan yang pernah berkuasa di Bali) cikal-bakal dari ogoh-ogoh yang kita kenal saat ini. Informasi lain juga menyatakan bahwa ogoh-ogoh itu muncul tahun 1970’an. Berdasarkan keterangan munculnya Ogoh-ogoh itu di Denpasar awalnya hanya sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang saja, Bapak Nyoman Belot yang berasal dari Denpasar membuat Ogoh-ogoh dengan tujuan sebagai permainan anak-anak dan tidak ada sama sekali sangkut pautnya dengan perayaan Hari Raya Nyepi. Namun, karena dinggap sesuai menjadi simbolisasi perayaan tawur, akhirnya ogoh-ogoh tersebut dipakai pada perayaan Nyepi. Ada juga pendapat yang menyatakan ada kemungkinan Ogoh-ogoh itu dibuat oleh para pengerajin patung yang telah jenuhan mematung batu padas, batu atau kayu, namun disisi lain mereka ingin menunjukan kemampuan mereka dalam mematung, sehingga timbul suatu ide untuk membuat suatu patung dari bahan yang ringan supaya hasilnya nanti bisa diarak dan dipertunjukan.
Populasi Penduduk Desa Sinduwati
Kecamatan Sidemen
Kabupaten Karangasem
LAKI-LAKI : 2.543 ORANG
PEREMPUAN : 2.531 ORANG
TOTAL : 5.074 ORANG
Update Bulan November 2025LAKI-LAKI
PEREMPUAN
BELUM MENGISI
TOTAL
Desa Sinduwati merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) desa yang berada di Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem Provinsi Bali dengan populasi penduduk terdiri dari :
Laki-laki : 2.543 orang
Perempuan : 2.531 orang
Total : 5.074 orang
| Kode Desa | : | 5107022006 |
| Kode Kecamatan | : | 510702 |
| Kode Kabupaten | : | 5107 |
| Kode Provinsi | : | 51 |
| Kode Pos | : | 80864 |
Jl Raya Sinduwati
Desa Sinduwati Kecamatan Sidemen
Kabupaten Karangasem - Provinsi Bali
| Senin | 08:00:00 - 16:00:00 | |
| Selasa | 08:00:00 - 16:00:00 | |
| Rabu | 08:00:00 - 16:00:00 | |
| Kamis | 08:00:00 - 16:00:00 | |
| Jumat | 08:00:00 - 16:00:00 | |
| Sabtu | Libur | |
| Minggu | Libur | |
OpenSID 2511.0.0 - Pusako v3.8

